PENDIDIKAN

100 Tahun Indonesia, Bima Arya: Menjadi Negara Kuat Karena Perbedaan dan Unggul Karena Keberagaman

Heri Suprayogi
26 Juli 2023, 13.39 WIB Last Updated 2023-07-26T06:39:01Z
masukkan script iklan disini



KOTA BOGOR - Wali Kota Bogor, Bima Arya menjadi tamu dan pembicara dalam peluncuran buku Mimpi Tentang Indonesia, tulisan dari Wakil Pimpinan Umum Harian Kompas, Budiman Tanuredjo yang diterbitkan Penerbit Buku Kompas.


Bersantai dengan musik dan bincang buku Mimpi Tentang Indonesia diadakan oleh CH Institute bekerja sama dengan Penerbit Buku Kompas (PBK) dalam program Literasi Akhir Pekan Jilid VI di Bentara Budaya Jakarta, Selasa (25/7/2023).


Kehadiran buku berisi 360 halaman ini, berawal dari sebuah podcast pada kanal youtube bersama para bintang tamu dengan berbagai latar belakang, termasuk Wali Kota Bogor, Bima Arya yang juga pernah diwawancarai yang selanjutnya masuk ke dalam buku Mimpi Tentang Indonesia.


Dari 102 orang yang diwawancarai oleh Budiman Tanuredjo, 21 diantaranya dibuat menjadi sebuah buku berjudul Mimpi Tentang Indonesia, termasuk hasil wawancara dengan Bima Arya.


Selanjutnya, buku ini juga akan dilanjutkan dengan seri berikutnya yang berisikan hasil wawancara para narasumber lainnya.


Budiman mengatakan, dari mimpi itu kemudian diidentifikasi masalah-masalah di Indonesia, mengenai benar atau tidak benarnya itu merupakan persepsi dari publik.


"Pak wali, pak Bima ini menjadi salah satu tokoh yang juga saya wawancarai dan mimpinya sudah saya tuliskan dan memang kita perlu memperbanyak mimpi-mimpi termasuk dari pak wali. Sehingga kita bisa melihat apakah mimpi-mimpi dari kepala daerah itu sebenarnya sama nggak sih dengan mimpi bangsa ini," katanya.


Dalam buku itu, Bima Arya menyampaikan, 100 tahun lagi Indonesia adalah negara yang kuat karena perbedaan, Indonesia yang unggul karena keberagamannya. Namun, untuk menjemput Indonesia kuat dan unggul di usia 100 tahun perlu ada pembenahan secara-bersama-sama.


"Tadi pak wali juga sudah menyebutkan menunjukan kelemahan-kelemahan dari bangsa ini yang kemudian kelemahan itu menjadi kelemahan bersama, kemudian bisa dibenahi secara bersama-sama. Karena tidak mungkin mimpi ini menjadi mimpi perorangan, jadi harus menjadi mimpi bangsa ini," katanya.


Ada banyak hal yang ingin disampaikan buku ini, diantaranya adalah tentang miotik yang membuat orang terjebak pada hal-hal yang singkat.


"Karena kita harus melihat lebih jauh bangsa itu ke depan. Nah itulah yang harus dimunculkan sehingga ada kebanggaan dan kita hidup menuju tujuan yang kita impikan secara bersama-sama, mimpi orang kecil, mimpi pengusaha, mimpi politisi, mimpi aktivis,  bisa berbeda-beda, tapi tujuannya sama Indonesia yang lebih baik lagi," ujarnya.


Mengenai 2045, 21 narasumber yang masuk ke dalam buku Mimpi Tentang Indonesia itu beragam ada yang optimis dan ada juga yang pesimis dan ada yang realis.


Namun dalam pemilihan umum mendatang, Budiman mengutip apa yang disampaikan oleh Bima Arya bahwa menuju 2044 akan ada 4 pemilu ke depan. Sehingga yang terpilih menjadi pemimpin akan menemukan Indonesia di 2045.


"Apakah 2045 kita ini sukses, apa berada di simpang jalan," katanya.


Dalam Buku Mimpi Tentang Indonesia, Bima Arya menyampaikan tentang Demokrasi adalah Pekerjaan Bersama.


"Demokrasi liberal kita cenderung tidak bersahabat bagi negarawan. Orang berdimensi jangka panjang ini tidak bisa survive di politik. Karena toleransi terhadap praktik yang bertentangan dengan nurani ini sangat minim," ucapan Bima Arya dalam Buku Mimpi Tentang Indonesia.


Menuju 2045 Indonesia akan mengalami empat kali pemilihan umum. Artinya, kata Bima Arya Pemilu 2024 menentukan sekali ribuan posisi pejabat publik, mulai dari pemerintah pusat, provinsi sampai daerah.


"Mereka ini lah yang nantinya akan berurusan dengan stunting, menggarap bonus demografi, menyiapkan Sumber Daya Manusia (SDM), yang nyambung dengan kebutuhan 2045. Ngurusin Gen Z agar tidak jadi beban di 2045. Jadi kita berbicara tentang leadership yang harus kita siapkan," kata Bima Arya saat menghadiri peluncuran Buku Mimpi Tentang Indonesia.


Karena tidak mungkin bicara tentang Indonesia emas, Indonesia menjadi peringkat keempat di dunia, tanpa kerja konkrit.


"Nah persoalannya sekarang dimana kita bisa menghasilkan pemimpin-pemimpin yang berbobot yang berorientasi pada values dan epic, ketika landscapenya itu pragmatis," katanya.


Sehingga Bima Arya yang menjadi ketua APEKSI bersama wali kota-wali kota se Indonesia mengundang tiga bakal calon presiden dalam Rakernas APEKSI lalu.


"Kemudian itu disambut oleh publik, walaupun sebentar masing-masing 1 jam, tapi narasi yang terbangun itu banyak, ada narasi tentang IKN, ada narasi tentang kesejahteraan, quality, geopolitik dan sebagainya, itu keren. Jadi orang menelanjangi masing-masing pemikiran itu," katanya.


Pada kesempatan itu Bima Arya mengajak agar bursa gagasan itu tidak hanya ada pada level bakal calon presiden, tapi juga pada semua level termasuk anak-anak muda.


"Sehingga anak-anak muda ikut masuk ke pesta demokrasi dalam konteks bursa dan gagasan tadi," ujarnya. (***)

Komentar

Tampilkan

Terkini

Politik

+