KOTA BOGOR - Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor melalui Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) yang didalamnya termasuk Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Bogor melakukan gerakan tanam cabai di enam kecamatan di Kota Bogor.
Secara simbolis, gerakan tanam Cabai dilakukan Ketua TPID Kota Bogor yang juga Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Bogor, Syarifah Sofiah bersama Kelompok Tani Dewasa (KTD) Mekar Mencrang, Asisten Perekonomian dan Pembangunan Setda Kota Bogor, Hanafi, Kepala DKPP, Chusnul Rozaqi dan warga sekitar di lahan seluas 1.000 meter di RT 02/02, Kelurahan Rancamaya, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, Selasa (13/2/2024).
Ketua TPID yang juga Sekda Kota Bogor, Syarifah Sofiah mengatakan, cabai merupakan salah satu komoditas yang juga berpengaruh terhadap inflasi daerah.
Beberapa waktu lalu ketika terjadi inflasi, harga cabai di tingkat nasional dan daerah termasuk Kota Bogor sempat menyentuh harga Rp 100 ribu/per kilogram.
Sehingga, ketika itu untuk menekan inflasi, Kota Bogor pun melakukan kerja sama dengan daerah penghasil cabai agar menjual hasil pertaniannya ke Kota Bogor, sehingga permintaan pasar bisa terpenuhi dan harga jualnya bisa berangsur turun dan saat ini kembali turun di angka Rp 55 ribu-Rp 70 ribu per kilogram untuk cabai merah besar ataupun keriting dan cabai rawit merah.
"Jadi kenapa yang ditanam ini sebagian besarnya cabai, karena ketika kita di tingkat kota melakukan monitoring harga bahan pokok cabai ini termasuk yang menyumbang inflasi, karena memang permintaannya tinggi termasuk di Kota Bogor," katanya.
Karena lanjut Syarifah, selain dikonsumsi oleh rumah tangga permintaan cabai juga tinggi di tingkat hotel, kafe dan restoran hingga UMKM.
Sehingga untuk antisipasi agar tidak bergantung pada daerah penghasil yang bisa saja juga terkena kendala ketika panen saat musim hujan, maka kebutuhan cabai di dalam kota bisa ditangani oleh hasil gerakan tanam cabai ini.
"Di Kota Bogor ada beberapa pertanian cabai. Saya belum lama ini ikut panen cabai merah keriting dan cabai merah besar di Cimahpar, hasilnya bagus sekali. Kemudian di Rambai. Cabai hasil panen itu belum dijual ke pasar juga sudah habis dibeli oleh warung-warung sekitar. Jadi di tingkat wilayah juga sudah bisa dijual. Jadi untuk pasarnya (penjualan) tidak ada kendala,"ujarnya.
Namun memang yang perlu diperhatikan petani saat menanam cabai adalah bukan saat menjual tapi dalam proses menanam yang memiliki tantangan cuaca.
Kepala DKPP Kota Bogor, Chusnul Rozaqi mengatakan, dalam penanaman ini secara simbolis juga disalurkan bibit dan pupuk ke setiap perwakilan enam kecamatan untuk juga melakukan gerakan tanam cabai.
"Dengan gerakan ini jadi tidak hanya kelompok tani, jadi warga juga bisa menanam, minimal setiap keluarga itu bisa mendapatkan cabai di halaman sendiri ketika harga cabai meroket. Makanya kita juga ada konsep Bogor Berkebun dan sebagainya itu agar halaman pekarangan yang ada itu bisa ditanami dan lahan tidur atau milik swasta yang belum dimanfaatkan bisa dimanfaatkan untuk pertanian," katanya.
Dengan bertambahnya petani cabai di Bogor selatan ini juga menambah wilayah sentra penghasil cabai. Sejauh ini lanjut Chusnul, pertanian perkotaan dari mulai ketersediaan lahan, sumber daya manusia, hingga kesuburannya memiliki potensi yang besar.
"Jadi konsep ketahanan pangan daerah bisa terus berlanjut secara terus menerus dengan memanfaatkan lahan-lahan yang ada kemudian dibantu intervensi dari DKPP, baik dari ketersediaan bibit maupun penyuluhan," katanya. (***)