KOTA BOGOR - Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif melalui Deputi Bidang Industri dan Investasi menyelenggarakan Kick Off Fintech Financing For Tourism And Creative Economy (FIFTY) 2024 di Lorena Ballroom, Swiss-belinn Hotel, Kota Bogor, Selasa (7/5/2024).
FIFTY merupakan sebuah platform akses pembiayaan teknologi finansial baik dari P2P Lending maupun Securities/ Equity Crowdfunding yang telah berizin OJK. FIFTY bertujuan untuk membantu para pelaku usaha sektor pariwisata dan ekonomi kreatif agar lebih mudah mendapatkan pembiayaan.
Yakni melalui pelatihan dan pendampingan secara terstruktur dan masif agar usahanya bisa scale up dengan lebih pesat. Kick Off FIFTY dilakukan langsung Menteri Parekraf RI, Sandiaga Uno.
"Kita ingin Kota Bogor ini jadi epicentrum produk - produk dan jasa parekraf kita. Dengan target terciptanya 4,4 juta lapangan pekerjaaan. Kita lihat booth parekraf di Kota Bogor itu sepertiga, tapi kalau kita lihat kegiatan MICE, Kota Bogor yang banyak mendapat kegiatan parekraf, " kata Sandiaga.
Menparekraf juga menyampaikan bahwa sektor pariwisata dan ekonomi kreatif memiliki kaitan yang sangat erat dengan UMKM. Setidaknya 70 persen pelaku wisata dan ekonomi kreatif di Indonesia adalah UMKM, namun permodalan masih menjadi salah satu kendala besar.
Dengan melihat tingkat penetrasi internet Indonesia yang menyentuh angka 79,5 persen, hal ini bisa dioptimalkan sebagai momentum percepatan transformasi digital bagi para pelaku usaha parekraf. Salah satunya pemanfaatan transformasi digital bagi para UMKM adalah dengan memanfaatkan akses pembiayaan alternatif melalui platform teknologi finansial.
“Bagi Bapak lbu para pelaku usaha parekraf yang ingin mengakses pembiayaan alternatif melalui teknologi finansial dapat mendaftar melalui website FIFTY untuk mendapatkan pendampingan dan pelatihan dalam meningkatkan kapasitas usaha, agar usahanya dapat terus tumbuh dan berkembang,” kata Sandiaga.
Di tempat yang sama, Penjabat (Pj) Wali Kota Bogor, Hery Antasari yang juga didampingi Sekretaris Daerah (Sekda), Syarifah Sofiah memaparkan bahwa sampai saat ini pendapatan dari sektor pariwisata, budaya dan ekonomi kreatif masih menjadi salah satu andalan pendapatan daerah atau PAD Kota Bogor. Pada tahun 2023 lalu, pendapatan dari sektor parbudekraf bahkan mencapai hampir sepertiga PAD.
Di mana salah satu sektor MICE (Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition) yang biasa diselenggarakan oleh instansi/lembaga/kementerian menjadi salah satu andalan. Sehingga, kepindahan IKN menjadi salah satu tantangan bagi Kota Bogor untuk tetap bertahan dalam meningkatkan jumlah kunjungan dan lama tinggal wisatawan.
"Tentunya memerlukan strategi bertahan sekaligus mengembangkan diri lebih lanjut. Sehingga Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah serta Rencana Induk Ekonomi Kreatif menjadi salah satu fokus kami ke depan yang harus diselesaikan, sehingga kami sangat membutuhkan dukungan dari Kemenparekraf," papar Hery.
Untuk itu, FIFTY ini bisa menjawab keresahan bahwa pelaku usaha di bidang pariwisata dan ekonomi kreatif masih mengalami kesulitan dalam mengakses pembiayaan. Hery berharap, FIFTY ini dapat menjadi jembatan pembiayaan antara pelaku usaha parekraf dan perusahaan pembiayaan berbasis teknologi lainnya.
Hery juga sampaikan, bahwa saat ini Pemkot Bogor sedang menyusun RPJPD yang memuat Visi dan Misi Kota Bogor 2025-2045 yang didasari atas permasalahan Kota Bogor. Yakni kemiskinan, ketimpangan ekonomi, infrastruktur, lingkungan hidup dan tata kelola pemerintahan serta keselarasan dengan arah pembangunan nasional, yaitu Indonesia Emas 2045.
Dalam rancangan RPJPD tersebut Visi Kota Bogor adalah Kota Sains Kreatif, Maju, Berkelanjutan. Maka dari visi ini dapat kita simpulkan Kota Bogor adalah Kota yang memprioritaskan dan mendorong inovasi, kreatifitas dan kemajuan ilmiah sebagai penggerak utama Pembangunan ekonomi, sosial dan budaya yang berkelanjutan.
"Yang berfokus pada menciptakan lingkungan yang mendorong kerja sama antara lembaga-lembaga ilmiah, universitas, industri kreatif dan bisnis," katanya.
Di waktu yang sama, Direktur Akses Pembiayaan Kemenparekraf, Anggara Hayun Anujuprana mengatakan bahwa masih sulitnya pelaku usaha parekraf untuk mengakses pembiayaan menjadi alasan utama diselenggarakannya program ini.
"Melalui kegiatan ini diharapkan pelaku usaha parekraf lebih mudah mendapatkan pembiayaan Teknologi Finansial, baik P2P Lending maupun Securities/ Equity Crowdfunding yang telah berizin OJK, melalui pelatihan dan pendampingan Business matching" kata Hayun. (***)