PENDIDIKAN

Pemkot Berkomitmen Zero Stunting di Kota Bogor

Heri Suprayogi
19 Maret 2025, 13.51 WIB Last Updated 2025-03-19T06:51:01Z
masukkan script iklan disini

 


KOTA BOGOR - Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor menyatakan komitmennya dalam menanggulangi stunting di Kota Bogor secara terintegrasi dan bukan sekadar pencitraan. 


Hal ini disampaikan langsung oleh Wakil Wali Kota Bogor, Jenal Mutaqin, usai memberikan bantuan makanan tambahan bagi anak-anak stunting di RW 6, Kelurahan Pamoyanan, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, Selasa (18/3/2025).  


Jenal Mutaqin mengungkapkan, kehadirannya di Pamoyanan sebab dirinya teringat ada dua anak stunting yang merupakan kakak beradik berusia 23 dan 18 tahun. Namun, kondisi anak tersebut setara dengan balita 5 tahun. 

 


“Jadi saya ke sini karena teringat waktu kampanye. Ada dua anak stunting berusia 23 tahun dan 18 tahun, tetapi kondisi tubuh mereka setara dengan balita lima tahun. Saat itu, saya berjanji kepada ibunya yang menderita kanker payudara untuk membantu pengobatan dan operasi gratis. Namun, saat saya kembali ke sini, ibunya sudah meninggal,” ujar Jenal Mutaqin.  


Ia mengatakan, bahwa kunjungan tersebut menjadi pukulan baginya, terutama setelah menemukan banyak anak stunting lainnya di wilayah tersebut. 


Menyadari hal ini, dalam waktu dekat, pihaknya akan mengajak seluruh Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait untuk menggelar rapat khusus penanganan stunting.  


“Saya juga nanti akan mengusulkan agar anggota DPRD Kota Bogor turut menjadi bapak asuh bagi anak-anak stunting agar kita bisa menihilkan stunting," katanya.  


Sebagai langkah awal, bantuan berupa telur, beras, kue, dan susu diberikan kepada anak-anak stunting dan keluarga mereka. 


Bantuan ini berasal dari berbagai pihak, termasuk sumbangan pribadi Wakil Wali Kota Bogor, Dinas Sosial, dan BAZNAS. 


Namun, ia menegaskan bahwa ke depan, distribusi bantuan akan dilakukan secara terukur agar penanganan lebih efektif.  


“Stunting memiliki kondisi yang berbeda-beda, sehingga tidak bisa diberikan perlakuan yang sama. Oleh karena itu, kita membutuhkan kerja terbaik dari Dinas Kesehatan untuk mengidentifikasi kondisi ibu hamil dan anak remaja yang berisiko,” jelasnya.  


Sementara itu, Kepala Puskesmas Pamoyanan, Husnul Khatimah, mengatakan bahwa stunting bukan hanya disebabkan oleh kurangnya asupan gizi sejak lahir, tetapi juga bisa terjadi saat remaja. 


Remaja putri yang mengalami anemia akibat kurang gizi berisiko melahirkan anak stunting di masa depan. Tak ayal, pencegahan stunting harus dilakukan sejak dini, dimulai dari remaja, calon pengantin, ibu hamil, hingga dua tahun pertama kehidupan bayi.  


"Kami telah melaksanakan tes hemoglobin (HB) ke sekolah-sekolah, disertai dengan

pemberian tablet tambah darah dan vitamin untuk remaja putri," ungkapnya. (***)

Komentar

Tampilkan

Terkini

Politik

+